Paper Editor –  Tulisan ini dibuat ketika awal kuliah S-3 atau sekitar tahun 2019 silam, dengan inspirasi sosok guru besar Prof. Mujamil Qomar dalam sebuah kelas kuliah di IAIN Tulungagung (sekarang berganti nama menjadi UIN SATU Tulungagung).

Tanpa seikitpun dirubah, inilah tulisan yang berjudul asli.

“Sepuluh Menit Saja, Cukup! Untuk Mengcounter Attack Dosen Penguji”  

Rasakan, Nikmati dan Hayati Tulisanmu

Oleh: Latif Syaipudin, Jurnalis FaktualNews.co

Menolak Lupa Satu Kali Pertemuan,  Mata Kuliah Pengantar Poposal Disertasi Perspektif Prof. Mujamil Guru Besar IAIN Tulungagung

Kata Pengantar

Esai ini, ditulis dengan alasan yang sangat sederhana, yaitu menolak lupa akan indahnya pengetahuan yang luar biasa tetang metodologi penelitian yang disampaikan oleh Prof. Mujamil Qomar yaitu Guru Besar di IAIN Tulungagung, saat menyampaikan mata kuliahnya yaitu Pengantar Proposal Disertasi.

Berangkat dari keresahan, yaitu ketakutan penulis esai ini, yang melupakan begitu saja mata kuliah yang dinilai sangat penting dan terlalu berharga hanya untuk menjadi anganangan belaka, maka penulis mencoba menulis esai ini yang mungkin sama sekali tergolong kedalam karya yang tidak ilmiah ataupun  tidak disusun dengan bahasa akademik, namun diharapkan perkuliahan tersebut akan membawa dampak nyata untuk pengembangan riset bagi penulis khususnya maupun bagi pembaca.

Kenapa harus percaya dengan esai ini, esai ini ditulis dengan bahasa report atau penyampaian dengan kaidah jurnalistik sesuai yang diterapkan Dewan Pers Nasional. Sehingga beberapa ungkapan-ungkapan Prof. Mujamil ditulis dengan tanda kutipan langsung yang sama sekali tidak boleh dirubah maknanya. Sehingga, ditulis dengan seakurat mungkin, sefaktual mungkin, dan diupayan sesuai dengan redaksi tokoh. Selain itu, esai ini ditulis dengan bahasa yang ringan sesuai latar belakang penulis yang berprofesi sebagai jurnalis aktif, yang telah diakui dan tergabung di Persatuan Wartawan Indonesia.

Berapa lama sih, untuk memahami esai ini? Tidak lama, penulis hanya menulis singkat dari hasil pengalaman dilapangan dengan mendasarkan pada apa yang telah disampaikan soal teori dasar metodologi penelitian perspektif Prof. Mujamil Qomar. Dengan gaya tulisan esai, penulis mengira dengan membaca skimming pun cukup untuk memahami esai ini.

Apa sih tujuan lain dari esai ini, selain penulis, diharapkan pembaca sedikit banyak mengatahui apa sih penelitian itu, riset itu, apa saja hal mendasar yang diperlukan. Sehingga dalam persidangan nantinya dapat mempertanggungjawabkan hasil risetnya, bahkan tidak akan kebingungan saat di berondong pertanyaan oleh Dewan Penguji, lebih baik lagi jika bisa menyisipkan serangan balik kepada dewa penguji, tentunya dengan pemahaman mendalam apa itu riset yang disandarkan dari pengetahuan mendasar soal riset perspektif Prof. Mujamil Qomar.

“Sepuluh Menit Saja, Cukup! Untuk Meng-Counter Attack Dosen Penguji”

Esai ini sama sekali jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, dan bilamana suatu saat nanti Prof. Mujamil sendiri mengkritisi tulisan ini karena ditemukan kontradiksi antara maksudnya dengan pemahaman redaksi penulis, penulis esai menyampaikan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya, ini hanya bentuk usaha untuk menolak lupa.

Apa Sih Makna Dasar Penelitian??!

Penelitian menurut para pakar, memiliki banyak makna, yang berbeda, sama atau bahkan identik.  Banyak buku yang menulis tetang macam, jenis, sifat, penelitian. Namun, dalam esai ini yang include membahas soal penelitian kualitatif, menerangkan, penelitian itu mencari sesuatu.

Banyak kriteria yang nanti akan dicari, mulai dalam kedalaman peneilitian kelas biasa, menengah, hingga penelitian yang benar-benar memunulkan teori baru. Namun, hampir ribuan riset (Skripsi, Tesis, Disertasi) hanya membahas hal-hal ini itu saja yang sama sekali berulang-ulang dan bahkan tidak menimbulkan efek kepada tempat yang diteliti seharusnya.

“Penelitian kualitatif itu menemukan masalahnya di lapangan, bahkan tidak menutup kemungkinan yang unik menurut kita di awal penyusunan proposal akan terganti dengan masalah baru yang lebih unik saat terjun dilapangan,” Kata Prof. mujamil, jumat (29/3/2019) sore.

Baca Juga: Bingung Cari Tempat Submit Jurnal Internasional dari Belahan Dunia Manapun, Ini Tipsnya

A. Judul Penelitian

Menurut Prof. Mujamil, judul dalam penelitian itu harus berisi 5 poin mendasar yang itu harus ada dalam sebuah judul tersebut.

1.  Pola

2.  Subjek

3.  Objek

4.  Tempat

5.  Waktu

Lima poin tersebut, harus ada dalam judul sebuah penelitian dengan jenis apapun, serta disusun dengan bahasa yang singkat.

Waktu, menurut Prof. Mujamil akan terbagi kedalam beberapa masa penelitian tersebut. Penelitian bisa dilakukan dengan judul yang sama sekalipun tidak masalah, namun dikawatirkan akan adanya plagiasi.

“Judul sama sekalipun tidak apa-apa, namun ditakutkan plagiasi. Boleh saja, tapi baik untuk menentang hasil penelitian yang terdahulu,” jelasnya.

Judul sama, tempat berbeda.

Judul sama, fokus penelitian berbeda.

Judul sama, waktu penelitian berbeda.

Awalan pola dalam penelitian.

Kualitatif : Pergeseran, Strategi, Penerapan, Implementasi

Kuantitatif : Pengaruh, Korelasi, Hubungan, Perbandingan

B. Konteks Penilitian atau Latar Belakang 

Dalam berbagai literatur, konteks peneilitian identik dengn jenis penilitian kualitatif, sementara untuk latar belakang identik dengan jenis penlitian kuantitatif.

Menurut, Prof. Mujamil, isi secara umum dalam penelitian kuantitatif berisi gambaran yang mengarah deduktif rasionalistik. Yaitu, alasan yang didasarkan dengan alasan yang bersifat dalam dicerna dengan terukur, bisa menggunakan data berupa angka. Isinya berupa teori yang berasal dari tokoh yang telah terkumpul untuk melakukan sebuah pengujian.

“Pandangan para ahli terkait masalah yang diteliti,” jelasnya soal isian yang wajib ada dalam penelitian kuantitatif.

Sementara itu, berbeda dengan penelitian kuantitatif yang telah terpapar dengan jelas alasan mengapa harus melakukan riset tersebut, Penelitian Kualitatif dalam konteks penelitian berisi hasil penjejakan sementara dilapangan yang telah dilakukan. Bahkan, untuk disertasi harus berisi dialog temuan penelitian yang terkait.

“Disertasi harus berisi dialog temuan penelitian yang terkait, dengan judul penelitian yang hampir sama atau identic,” jelasnya.

C. Fokus Penelitian atau Batasan Masalah

Menurut. Prof Mujamil, fokus penlitian dalam penelitian kualitatif, didapatkan dengan cara masuk terlebih dahulu dilapangan dan harus unik.

“Unik itu berarti sesuatu yang langka,” katanya, dalam menjelaskan soal apa arti keunikan dalam sebuah riset yang dilakukan.

Bahkan, keunikan yang telah difikirkan dari awal, dapat berganti dengan unik setelah semakin mendalami penelitian di lapangan.

“Dalam penelitian kualitatif, fokus penelitian itu yang berubah itu baik saat proses penyelesaian mapun pasca pengujian itu malah diapresiasi. Kalau penelitian tidak berubah sama sekali malah dipertanyakan, apakah dia serius meneliti atau mengada-ada,” terangnya.

Dalam hal penelitian kuantitatif, dikenal dengan istilah batasan masalah. Mengacu pada bagaimana ruang lingkupnya menurut para ahli. Prof. Mujumil mencontohkan, misalkan menurut seorang ahli mengemukakan 12 komponen, maka dalam riset tersebut yang tertuang dalam batasan masalah dapat dipangkas dengan meneliti beberapa komponen saja, sehingga tidak perlu meneliti semua komponen tersebut.

Secara keseluruhan, baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif penelitian harus ditulis dengan kalimat yang beralasan.

“Setiap yang ditulis harus beralasan,” katanya dengan tegas.

Menurut penulis esai ini terkait ungkapannya tersebut, peneliti harus mendasarkan sesuatu apa yang ditulis sesuai dengan fakta. Jika itu penelitian kualitatif maka harus didasarkan pada fakta dilapangan, sementara untuk kuantitatif harus mengacu dengan keterangan para ahli.

Kesimpulannya, dalam penelitian yang sesungguhnya, maka jika itu kualitatif maka peneliti harus mengasai data-data dilapangan dan jika itu penelitian kuantitatif harus menguasai teori yang dibawa oleh para pakar, mulai dari bab awal sampai pengujian hasil penelitian. Bila kualitatif disebut dengan proposisi, jika kuantitatif disebut dengan hipotesa.

Bahkan, Prof. Mujamil menjelaskan, bila domain fokus penelitian kualitatif bisa lebih dari satu.

D. Pertanyaan Penelitian atau Rumusan Masalah

Prof. Mujamil menjelaskan beberapa poin terkait dengan pertanyaan penellitian, yang bahkan bisa saja berubah dihadapan sidang hasil penelitian. Ia menjelaskan, bahasa itu rumus, tidak ada angka-angkanya. Serta bahasa yang dipakai bisa bersifat deskriptif, komparatif, hingga prediktif.

Komparatif yang dimaksudkan yaitu memancing pertanyaan yang bersifat menunjukkan perbedaan.

Prediktif berupa pertanyaan dengan model interantif dengan mempertanyakan timbal balik.

Berbeda dengan penjelasan tersebut, jika rumusan masalah dalam penelitian kuantitatif maka menggunakan pertanyaan yang bersifat deternatif berupa: apa, karena apa merupakan kalimat tanya yang deternitif dengan jawaban ya atau tidak. Sementara itu, dalam rumusan masalah dengan bahasa pertanyaan deskriptif  yang bersifat kausal, yang mempertanyakan sebab akibat.

Lanjut Prof. Mujamil, terkait potensi perubahan pertanyaan penelitian ia menggolongkan ke dalam tiga poin penting.

1.  Sejak awal sampai dengan akhir tidak mengalami perubahan.

2.  Mengalami perbaikan dijalan.

3.  Mengalami pembongkaran atau dirubah secara total.

“Dalam kualitatif, perubahan sangat dihargai bukan aib,” kata Prof. Mujamil Qomar.

E. Tujuan Penelitian

Ada hal yang unik, yang disampaikan Prof. Mujamil dalam poin tujuan penelitian, ia membaginya ke dalam 4 poin utama.

1.  Untuk mengetahui

2.  Untuk memaparkan

3.  Untuk menganalisa

4. Untuk MEMBANGUN TEORI BARU

Komentarnya untuk poin yang keempat sangat menarik, bahkan menurut penulis esai ini memang hampir 98 persen tidak ada dalam riset yang dilakukan oleh Mahasiswa Perguruan Tinggi di Indonesia.

“Teori baru itu, siap diuji siapapun, dimanapun, dan kapanpun,” jelasnya.

Baca Juga: Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh Total dalam Uji Statistik

F. Kegunaan Penelitian

Terkait kegunaan penelitian, Prof. Mujamil menuturkan, jika dalam penelitian jenis apapun harus diarahkan dengan kegunaan yang real dan bisa terapkan minimal di tempat yang diteliti.

Setidaknya, hasil penelitian tersebut diharapkan dalam memunculkan konsep baru, mengkonter teori, atau memunculkan hukum baru.

“Jadi dalam kegunaan penelitian, tidak usah muluk-muluk. Misalnya, penelitian ini diharapkan bergunan untuk agama, nusa dan bangsa, itu adalah contoh kalimat yang tidak bisa diukur. Kalau untuk sekolah ya semoga dapat diterapkan untuk sekolah gitu saja, kalau untuk kampus bisa di buat daftar referensi,” jelasnya.

G. Penegasan Istilah

Prof. Mujamil menegaskan, jika penegasan istilah bukan penegasan kata. Ia mencohtohkan: Misalnya dengan judul “Implementasi Model Pendidikan Agama Islam di Sekolah Luar Biasa.” Maka yang ditegaskan setiap istilahnya yaitu Model Pendidikan, Pendidikan Agama Islam dan Sekolah Luar Biasa.

“Jangan kok, misalnya menjelaskan telor mata sapi, dijelaskan satu satu, telor sendiri, lalu mata, kemudian sapi maka akan meumculkan makna yang berbeda, padahal yang dimaksudkan adalah telor ceplok (red: bahasa jawa dari telur mata sapi),” paparnya.

H. Kajian Teori

Ada beberapa poin utama dalam kajian teori, sehingga core dalam sebuah bahasan yang harus mengisi bab kajian teori dalam sebuah riset, yaitu:

1.                  Teori tentang apa yang dikaji, yang terkait dengan pertanyaan penelitian, bisa berkaitan dengan fokus penelitian dengan bersifat komplomenter.

2.                  Didalam kajian teori, harus dijumpai grounded theory atau teori dasar. Prof. Mujamil menyampaikan grounded theory bisa lebih dari satu teori, bisa jadi dua tergantung riset.

3.                  Poin ketiga, menjelaskan teori itu untuk apa, penelitian itu berangkat dari masalah dan untuk dipecahkan, masalah untuk diungkap dan dipecahkan, bahkan menurut Prof. Mujamil sangat lucu jika dalam penelitian kualitatif peneliti tidak paham dengan masalah yang dihadapinya.

I. Penelitian Terdahulu

Poin lanjutan dari kajian teori yaitu dalam penelitian kualitatif yang seringkali harus ada, yaitu penelitian terdahulu. Isian dalam penelitian terdahulu berisi tentang, tulisan hasil riset terdahulu yang identic atau mirip dengan judul penelitian yang diangkat, sehingga peneliti mengatahui lewat jendela atau pintu yang mana tulisannya tersebut. Sehingga tidak akan sama dengan penelitian terdahulu, sekalipun dengan judul dan lokasi penelitian yang sama.

“Penelitian terdahulu, walau tidak sama persis, atau berupa penelitian verifikasi yaitu menggugat penelitian yang terdahulu. Berisi pendekatan apa, jenisnya apa, masalahnya apa, hasilnya, perbedaan, persamaannya,” Jelas Prof. Mujamil.

J. Paradigma Penelitian

Prof. Mujamil menjelaskan, penyusuanan paradigm penelitian dalam alurnya seyogyanya harus berurutan dari, isi – judul – fokus – rumusan masalah.

Jika Kualitatif, maka di subbab ditulis dengan Paradigma dan Alur Penelitian (Versi Prof. Mujamil). Dengan pendekatan post positifistik berupa peradigma naturalistik atau yang masuk di dalamnya,

Jika kuantitatif, dengan pendekatan positifistik, dengan paradigm structural, humanistik atau yang masuk di dalamnya.

Paradigma dasar berisi.

Baca Juga: Variabel Dependen Ganda dalam Penelitian Kuantitatif?

Bab Selanjutnya, Metode Penelitian ataukah Metodologi Penelitian

Dalam poin ini, memang sulit sekali dibedakan bukan hanya bagi kaum awam, bahkan terkadang penguji pun masih akan kebingungan dengan dua istilah tersebut serta pembagiannya dalam mengklasifikasikan turunan dari dua istilah tersebut yang seharusnya ada dalam BAB III sebuah penulisan hasil riset di Indonesia.

Secara terang, Prof. Mujamil menjelaskan, jika bab III itu harus bertuliskan metode penelitian karena peneliti menuliskan apa yang telah diteliti.

Kenapa bukan Metodologi? Pertanyaan tersebut sering muncul dari penguji sidang, karena Metodologi masih berupa teori belum menyentuh praktiknya. Sehingga istilah Metode lah yang harus di pakai.

“Metode apa yang diapakai tidak perlu menguraikan kekurangan dan kelebihannya karena sudah masuk tulisan hasil penelitian,” katanya.

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Prof. Mujamil memakai sebutan jenis dalam menyebutkan penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Sehingga penelitian kualitatif dan kuantitatif itu merupakan jenis penelitian dan bukan metode penelitian.

“Kalau menyebut metode, itu kan masih ada metode pengecekan keabsahan data, metode validitas data dan lainnya, masak ada metode dalam metode,” tarangnya.

Pemahaman dasar dalam poin ini menggunakan alur, berupa:

Tempat ; File research, jumlah; studi kasus; dan pendekatan kualitatif.

Sementara itu, Prof. Mujamil juga memaprarkan terkait pendekatan penelitian, ada banyak, mulai dari interasionalistik, grounded research, fenomenologis: identik wawancara, etnometodologi: tidak mau wawancara, etnostudi, naratif, hermeunetik: tidak wawancara.

“Judul – Proposisi itu tentatif, kalau berlawanan dengan data harus diganti,” jelasnya.

B. Sumber Data

Menurut, Prof. Mujamil sumber data bisa berupa orang, barang, kegiatan, dan situasi.

“Dalam penelitian kualitatif jangan ada data primer atau sekunder, semua sama yaitu primer,” jelasnya.

C. Subjek Penelitian

Dalam peelitian kualitatif orang yang menjadi subjek penelitian disebut dengan istilah informan. Dua jenis pemilihan orang sebagai informan, secara mendasar Prof. Mujamil menjelaskan, purposive samping yaitu sampel bertujuan ataukah snowball sampling yaitu masuk ke komunitas tertentu kemudian memilih secara acak.

“Jenuh itu ketika tidak ada informasi baru,” jelasnya soal sampai kapan wawancara harus dilakukan.