Contoh Skripsi BAB II Kajian Pustaka, Judul: PENGARUH PENGETAHUAN, BUDAYA DAN KELOMPOK ACUAN TERHADAP REFERENSI MAHASISWA MENABUNG DI BANK SYARIAH TULUNGAGUNG

Written by Latif

March 10, 2023

  1. Pengetahuan
  2. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut.[1] Sehingga hal ini juga dapat memberikan pengaruh pada nasabah untuk menggunakan produk perbankan.

Tahap pengetahuan dimulai ketika konsumen menerima stimulus fisik atau sosial yang memberikan pemaparan dan perhatian pada produk baru dan cara kerjanya. Dalam tahap ini konsumen sadar akan produk bersangkutan, tetapi tidak membuat keputusan apapun sehubungan dengan relevensi produk dengan suatu masalah atau kebutuhan yang dikenali.[2] Atas dasar inilah kemudian nasabah bisa meneruskan untuk merasa berReferensi pada produk perbankan tersebut, karena ia mulai mengenali produk tersebut.

Pengetahuan merupakan pengalaman yang terekam dalam kesadaran seseorang. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, berkenaan dengan hal-hal yang di lihat, di dengan maupun di alami. Pengetahuan adalah informasi yang telah diinterprestasikan oleh seseorang dengan menggunakan sejarah, pengalaman, dan skema interpretasi yang dimilikinya.[3]

Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsi sebagai konsumen. Pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian.[4]

Menurut Kotler menerangkan pengetahuan adalah suatu perubahan dalam perilaku suatu individu yang berasal dari pengalaman. Konsumen memiliki tingkatan pengetahuan produk yang berbeda, yang dapat di pergunakan unutuk menerjemahkan informasi baru dan membuat pilihan keputusan yang dibagi menjadi 3 jenis pengetahuan produk yaitu:[5] Pengetahuan tentang karakteristik atau atribut produk/jasa, Pengetahuan tentang manfaat produk/jasa, Pengetahuan tentang kepuasan yang diberikan oleh produk/jasa bagi konsumen.

  1. Jenis-jenis Pengetahuan

Menurut Peter & Olson, terdapat dua jenis pengetahuan yang berhubungan dengan Referensi nasabah yaitu yang pertama pengetahuan umum mengenai lingkungan dan perilaku mereka, kedua pengetahuan prosedur mengenai cara melakukan sesuatu.[6]

  1. Pengetahuan umum (general knowledge) membahas interpretasi konsumen atas informasi relevan dalam lingkungan. Misalnya konsumen menciptakan pengetahuan umum mengenai kategori produk, toko atau bank, perilaku tertentu, orang lain atau mereka sendiri.
  2. Pengetahuan prosedural (procedural knowledge) yaitu pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Pengetahuan procedural juga tersimpan dalam memori sebagai jenis hubungan “jika…, maka…” antara konsep (peristiwa) dan perilaku yang bersesuain.

Menurut Sumarwan para ahli psikologi kognitif membagi pengetahuan ke dalam pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) dan pengetahuan prosedur (procedural knowledge). Pengetahuan deklaratif adalah fakta subjektif yang diketahui oleh seseorang yang artinya Referensi yang ditimbulkan atas dasar pemikiran dan anggapan yang subjektif. Misalnya, pengetahuan bagaimana cara membuat kacang kedelai menjadi tempe dan tahu. Ini merupakan pembagian pengetahuan secara umum.[7]

Pengetahuan konsumen terbagi ke dalam tiga macam, yaitu:

  1. Pengetahuan produk yaitu Pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen seputar produk baik dari segi kategori, merk, fitur dan atribut produk.
  2. Pengetahuan pembelian yaitu Pengetahuan konsumen berkaitan dengan bagaimana konsumen tersebut dapat membeli dan bagaimana tata cara pembelian produk tersebut.
  3. Pengetahuan pemakaian yaitu Produk yang telah dibeli konsumen akan lebih memberikan manfaat apabila dikonsumsi dengan sebaik-baiknya. Maka setiap konsumen harus memiliki pengetahuan tentang pemakaian produk itu sendiri. Karena dengan cara memakai produk secara baik dan benar akan menimbulkan kepuasan pembelian begitu sebaliknya apabila seseorang konsumen tidak dapat memakai sebuah produk dengan benar maka akan muncul kekecewaan terhadap produk tersebut.[8]

Semakin meningatnya persaingan di dalam dunia perbankan maka Bank-bank syariah mendorong untuk lebih berorientasi kepada konsumen atau nasabah. Untuk mrndukung upaya tersebut diperlukan pengetahuan mengenai konsumen terutama perilakunya. Setidaknya ada dua alasan mengapa perilaku konsumen perlu dipahami:

  • Dengan memahami konsumen akan menuntun pemasar kepada kebijakan pemasaran yang tepat dan efisien.
  • Diharapkan dengan berorientasi pada konsumen , pemasar dapat melakukan strategi yang baik dalam mensiasati kelebihan penawaran dari pada permintaan di dunia bisnis.

Menurut Ana Maftukhah menerangkan perilaku koonsumen adalah studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang/jasa, pengalaman serta ide-ide. Dalam mengkonsumsi suatu produk, konsumen cenderung memilih produk yang memberikan nilai atau manfaat yang lebih dibandingkan dengan produk lainya. Keputusan konsumen timbul karena karena adanya penilaian yang objektif atau karena dorongan emosi. Keputusan untuk bertindak adalah berasal dari serangkaian aktivitas dan rangsangan mental dan emosional.[9]

Berdasarkan pengertian tentang pengatahuan di atas, maka dapat disimpulak bahwa pengetahuan adalah segala atau semua informasi yang di ketahui oleh masyarakat maupun konsumen melalui pengalaman setiap individu yang dapat mendorong untuk melakukan pembelian suatu produk atau jasa.

Menurut Iranati mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut: [10]

  1. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur dan hubungan dengan proses belajar.Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu factor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan semankin berkualitas karena pendidikan yang tinggi akan membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang berkualitas.

  1. Paparan media massa

Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik maka berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat secara menyeluruh, sehingga seseorang yang sering terpapar oleg media massa akan memperoleh informasi lebih banyak dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimilikinya.

  1. Sosial ekonomi (pendapatan)

Memenuhi kebutuhan primer, maupun sekunder keluarga, status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi disbanding orang dengan status ekonomi rendah, semakin tinggi status sosial ekonomi seseorang semakin mudah dalam mendapat pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih berkualitas.

  1. Hubungan Sosial

Faktor hubungan sosial mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model komunikasi media. Apabila hubungan sosial seseorang dengan individu baik maka pengetahuan yang dimiliki juga akan bertambah.

  1. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu sumber pegetahuan atau suatu cara untuk memproleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang di peroleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses pengembangan misalnya sering mengikuti organisasi.

  1. Indikator Pengetahuan

Sumarwan membagi pengetahuan konsumen ke dalam tiga macam:[11]

  1. Pengetahuan Produk

Pengetahuan produk yaitu kumpulan berbagai informasi mengenai produk. Pengetahuan ini meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur produk, harga produk, dan kepercayaan mengenai produk. Ini juga akan memberikan efek kepada Referensi seseroang dalam melakukan pembelian atau dalam konteks penelitian ini untuk menabung di bank syariah.

  1. Pengetahuan pembelian

Berbagai informasi yang diproses oleh konsumen untuk memperoleh suatu produk. Pengetahuan pembelian terdiri atas pengetahuan tentang dimana membeli produk dan kapan membeli produk. Ketika konsumen memutuskan akan membeli suatu produk, maka ia akan menentukan dimana ia membeli produk tersebut dan kapan akan membelinya.

  1. Pengetahuan Pemakain

Suatu produk akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang maksimal dan kepuasan yang tinggi kepada konsumen, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi produk tersebut dengan benar.

  1. Budaya
  2. Penegrtian budaya

Budaya adalah determinan dasar keinginan dan perilaku seseorang. Melalui keluarga dan institusi utama lainya, setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggota mereka. Subbudaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis. Budaya adalah keseluruhan kepercayaan, nilai-nialai dan kebiasaan yang dipelajari yang mampu mengarahkan perilaku konsumen para masyarakat tertentu.[12]

Menurut Roni Andespa budaya adalah karakter yang penting dari suatu sosial yang membedakanya dari kelompok kultur yang lainya.Budaya (culture) adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang konsumen. Perilaku seseorang konsumen dipelajari secara luas. Setiap kelompok atau masyarakat memiliki budaya dan pengaruh budaya pada perilaku pembelian anggotanya yang sangat beraneka ragam. Perilaku manusia sangat ditentukan oleh kebudayaan yang melingkupinya, dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktusesuai dengan kemajuan atau perkembangan jaman dari masyarakat tersebut. Dan perilaku manusia tersebut cenderung untuk menyerap adat dan kebiasaan pada kebudayaan. Isi utama dari nilai budaya sering digunakan sebagai pendekatan oleh pihak pemasar didalam menganallisis budaya, dalam rangka melakukan terobosan pada strategi pemasaran. Pemasar biasanya berfokus pada nilai budaya yang dominan dalam suatu masyarakat. Konten budaya yang sering dilihat oleh pemasar adalah kepercayaan, sikap, sasaran, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh sebagaian besar masyarakat yang ada, mengenai aspek lingkungan sosial dan fisik.[13]

Roni Andespa menjelaskan bahwa budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya. Ketika kita mulai berbicara tentang komunikasi, maka kita tidak bisa menghindari bicara tentang budaya. Budaya dan komunikasi berhubungan begitu erat dan dinamis, namun pada kenyataanya budaya yang tercipta juga bisa mempengaruhi cara berkomunikasi anggota budaya yang bersangkutan.[14]

Budaya menurut Kotler dan Amstrong adalah merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Budaya biasanya dipelajari sejak seseorang nasabah masih kecil, sehingga nasabah bisa memulai mendapatkan nilai-nilai keyakinan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budayanya. Dengan berbagai cara, budaya bisa dipelajari. Seperti saat diketahui atau teman nasabah yang lebih tua mengajari nasabah bagaimana berperilaku.[15]

Tujuan utama dalam menganalisis kebudayaan di dalam menajemen pemasaran adalah untuk memahami isi makna dari sudut pandang konsumen yang menggunakanya. Pemahaman budaya ini menuntun manusia untuk bisa mempersepsikan dunia, bagaimana kita berpikir tentang diri kita sendiri serta hubungan kita dengan orang lain, selain itu budaya juga menuntun kita bagaimana menetapkan serta mencapai tujuan hidup, dan bagaimana mempertukarkan pesan.

  1. Indikator budaya

Faktor budaya merupakan hal yang sangat penting dalam perilaku pembelian yang mana faktor budaya menurut Assauri terdiri dari:[16]

 

 

  1. Budaya sosial

Dimana budaya sosial merupakan sebuah penentu keiniginan dan perilaku yang paling dasar.

  1. Kelas sosial

Sedangkan kelas sosial merupakan pembagian dalam masyarakat yang relative homogeny dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan para anggotanya menganut nilai sosial, preferensi, dan perilakunya yang serupa.

 

  1. Kelompok Acuan
  2. Pengertian

Sebuah kelompok (group) merupakan kumpulan dari dua atau lebih orang-orang yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama, tujuan tersebut bisa merupakan tujuan individu atau tujuan bersama. Di dalam perspektif pemasaran, masing-masing kelompok di mana konsumen menjadi anggotanya akan mempengaruhi peilaku pembelian dan konsumsi dari konsumen tersebut. Kelompok mempengaruhi proses pembelian dalam dua cara. Pertama, kelompok mempengaruhi pembelian yang dibuat oleh seorang konsumen. Kedua, anggota-anggota kelompok seringkali membuat keputusan bersama-sama sebagai sebuah kelompok.[17]

Singkatnya, konsumen akan dipengaruhi oleh kelompok di mana ia menjadi anggotanya. Kelompok acuan (reference group) adalah seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang. Kelompok acuan digunakan oleh seseorang sebagai dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam bentuk respons afektif, kognitif, dan perilaku. Kelompok acuan akan memberikan standar dan nilai yang mempengaruhi perilaku seseorang.

Dalam perspektif pemasaran, kelompok acuan adalah kelompok yang berfungsi sebagai referensi bagi seseorang dalam keputusan pembelian dan konsumsi. Kelompok acuan bagi seseorang bisa terdiri dari satu orang atau lebih dari satu sampai puluhan. Kelompok acuan bagi seseorang mungkin berasal dari kelas sosial yang sama atau berbeda, dari budaya yang sama atau berbeda, bahkan dari sub budaya yang berbeda atau sama.[18]

Jadi kelompok acuan bisa dikatakan seorang atau kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung, yang mempengaruhi cara berpikir atau cara berperilaku seseorang dari perilaku positif atau negatif.

  1. Jenis-jenis Kelompok Acuan

Terdapat tiga jenis kelompok acuan yaitu kelompok formal dan informal, kelompok primer dan sekunder, kelompok aspirasi dan disosiasi.

  1. Kelompok formal dan informal

Kelompok acuan sering dibedakan ke dalam formal dan informal. Kelompok formal adalah kelompok yang memiliki struktur organisasi secara tertulis dan keanggotaan yang terdaftar secara resmi. Kelompok fomal biasanya terdaftar secara hukum di pemerintah. Kelompok informal adalah kelompok yang tidak memiliki struktur organisasi secara tertulis dan resmi, sifat keanggotaan tidak tercatat. Kelompok informal biasanya terbentuk karena hubungan sosial. Anggota kelompok informal biasanya berjumlah sedikit dan berinteraksi secara dekat dan tatap muka secara intensif dan rutin.

  1. Kelompok primer dan sekunder

Kelompok primer adalah kelompok dengan keanggotaan yang terbatas, interaksi antar anggota secara langsung tatap muka, memiliki ikatan emosional antar anggota. Anggota kelompok memiliki kesamaan dalam nilai dan sikap serta perilaku. Kelompok sekunder memiliki ikatan yang lebih longgar dari kelompok primer, antar anggota kelompok mungkin juga terjadi kontak tatap muka langsung, antar anggota kelompok memiliki pengaruh kecil terhadap anggota lainnya.[19]

Bagi seorang individu, keluarga adalah kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Dari orang tua, seseorang biasanya mendapatkan orientasi mengenai agama, ambisi pribadi, harga diri, dan cinta. Bahkan jika seseorang tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan keluarganya, pengaruh keluarga terhadap perilakunya biasanya masih tetap signifikan.[20]

  1. Kelompok aspirasi dan disosiasi

Kelompok aspirasi adalah kelompok yang memperlihatkan keinginan untuk mengikuti norma, nilai, maupun perilaku dari orang lain yang dijadikan kelompok acuannya. Anggota kelompok aspirasi berusaha membuat asosiasi dengan orang lain yang dijadikan acuannya dengan cara bersikap dan berperilaku yang sama dengan orang tersebut. Anggota kelompok aspirasi tidak harus menjadi anggota dari kelompok acuannya, atau antar anggota kelompok aspirasi tidak harus terikat dan saling berkomunikasi. Kelompok disosiasi adalah seorang atau kelompok yang berusaha untuk menghindari asosiasi dengan kelompok acuan. Contohnya para anggota partai keadilan selalu menunjukkan ketertiban dalam berdemonstrasi.

 

  1. Macam-macam Pengaruh Kelompok Acuan
  2. Pengaruh Normatif Pengaruh normatif adalah pengaruh dari kelompok acuan terhadap seseorang melalui norma-norma sosial yang harus di patuhi dan diikuti. Pengaruh normatif akan semakin kuat terhadap seseorang untuk mengikuti norma-norma yang ada (1) tekanan kuat untuk memenuhi-norma-norma yang ada, (2) penerimaan sosial sebagai motivasi kuat, (3) produk dan jasa yang dibeli akan terlihat sebagai simbol dari norma sosial. Seorang konsumen cenderung akan mengikuti apa yang dikatakan atau disarankan oleh kelompok acuan jika tekanan kuat untuk mengikuti norma-norma yang ada. Pengaruh akan semakin kuat jika ada sanksi sosial bagi konsumen yang tidak mengikuti daran dari kelompok acuan.
  3. Pengaruh ekspresi nilai Kelompok acuan akan mempengaruhi seseorang melaui fungsinya sebagai pembawa ekspresi nilai. Seorang konsumen akan membeli bawang mewah dengan tujuan agar orang lain bisa memandangnya sebagai orang sukses atau barang mewah tersebut dapat meningkatkan citra dirinya. Konsumen memiliki pandangan bahwa orang lain menilai kesuksesan seseorang dicirikan dengan mempunyai barang-barang mewah, karena itu ia berusaha memiliki kendaraan tersebut agar bisa dipandang sebagai seseorang yang telah sukses.
  4. Pengaruh informasi Kelompok acuan akan mempengaruhi pemilihan produk atau merek dari seorang konsumen, karena kelompok acuan tersebut sangat dipercaya sarannya, karena ia memiliki pengetahuan dan informsi yang lebih baik.
  5. Beberapa Kelompok Acuan yang Terkait dengan Konsumen
  6. Kelompok persahabatan Memiliki teman atau sahabat merupakan naluri dari konsumen sebagai mahkluk sosial. Teman atau sahabat bagi seorang konsumen akan memenuhi beberapa kebutuhan konsumen: kebutuhan akan kebersamaan, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendiskusikan berbagai masalah ketika konsumen merasa enggan untuk membicarakannya dengan orang tua atau saudara kandung. Konsumen yang memiliki teman adalah tanda bahwa ia telah membina hubungan sosial dengan dunia luar. Pendapat dan kesukaan teman sering kali mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam membeli dan memilih produk dan merek. Kelompok persahabatan adalah kelompok informal dan mungkin bisa berbentuk kelompok primer maupun sekunder.
  7. Kelompok belanja Kelompok belanja adalah dua atau lebih orang yang berbelanja bersama pada waktu yang sama. Kelompok belanja bisa merupakan kelompok persahabatan atau keluarga namun bisa juga orang lain yang bertemu di toko untuk membeli produk bersama. Ketika konsumen datang ke toko, mungkin sendiri, tetapi berjumpa orang lain di toko yang sama. Konsumen secara tidak sengaja akan bertanya pada konsumen yang baru dikenalnya mengenai produk dan jasa yang akan di belinya. Jika beruntung konsumen tersebut mungkin banyak memberikan informasi yang diketahuinya mengenai produk dan merek. Sedangkan keluarga adalah lingkungan yang paling dekat dengan konsumen. Keluarga memiliki pengaruh yang besar kepada konsumen. Aanggota keluarga akan saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Pertama, berbagai macam produk dan jasa di beli oleh konsumen yang mengatasnamakan keluarga dan dipakai secara bersama-sama. Kedua, produk dan jasa yang digunakan keluarga seringkali dipakai oleh oleh anggota(individu), namun pengambilan keputusan tersebut dipengaruhi oleh keluarga.[21]
  8. Kelompok Kerja Konsumen yang tekah bekerja akan menghabiskan waktunya di tempat kerja. Ia akan berinteraksi dengan teman-teman sekerjanya, baik dalam tim kecil maupun teman kerja lainnya dari bagian lain. Interaksi yang sering dan intensif memungkinkan teman-teman sebagai kelompok kerja mempengaruhi perilaku konsumen dan pengambilan keputusan konsumen dalam membeli produk dan jasa, dan pemelihan merek. Kelompok kerja bisa berbentuk bisa berbentuk kelompok kerja formal, jika kelompok kerja tersebut sebagai satu tim yang dibentuk oleh perusahaan. Kelompok kerja bisa juga berbentuk informal, jika kelompok kerja tersebut terdiri dari orang-orang yang bekerja di perusahaan yang sama. Kelompok kerja informal akan saling bertemu saat makan siang, kegiatan sosial atau pulang bersama. Kedua kelompok kerja tersebut akan mempengaruhi konsumen dalam memilih merek dan produk yang akan dibelinya.
  9. Kelompok atau masyarakat maya Berbagai kelompok yang telah dibahas sebelumnya menggambarkan kelompok yang dibatasi oleh geografik dan waktu, yaitu keompok yang bertemu dan berkomunikasi lisan pada ruang dan waktu yang telah ditentukan. Perkembangan teknologi komputer dan internet telah melahirkan suatu kelompok atau masyarakat baru yang disebut kelompok atau masyarakat maya, yang tidak dibatasi oleh batas kota, provinsi atau negara, bahkan tidak dibatasi oleh waktu. Melaui internet dan e-mail, seorang konsumen sekarang bisa mencari teman dari kota lain bahkan dari negara lain, ia bisa berhubungan dengan teman sebayanya dari berbagai belahan dunia tersebut, kapan saja ia mau. Seorang konsumen bisa membuka internet dan bergabung dengan masyarakat internet, ia memiliki akses yang luas untuk mencari masyarakat internet yang sesuai dengan kebutuhannya, kemudian bergabung dengan masyarakat tersebut.
  10. Kelompok pegiat konsumen Konsumen yang kecewa dalam pembelian produk dan jasa, akan melakukan beberapa tindakan: (1) diam dan kesal, dan menyampaikan kekesalannya pada teman, (2) berkirim surat ke tempat pembelian atau mendatangi toko untuk mengeluh dan meminta ganti rugi, dan (3) berkirim surat dan mengeluh pad asurat kabar atau majalah, atau mengadu ke lembaga perlindungan konsmen. Apapun yang dilakukan konsmen ketika kecewa terhadap produk adalah gambaran tindakan protes dari konsumen. konsumen memerlukan kelompok yang bisa membantunya ketika dirugikan oleh produsen. Perlindungan konsumen semakin dipentingkan dan diperhatikan ketika telah diundangkan Undang-Undang Penlindungan Kosumen No. 8 Tahun 1999.[22]
  11. Referensi

Pada dasarnya Referensi merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Referensi sangan besar pengaruhnya dalam mencapai prestasi suatu pekerjaan, jabatan atau karir. Tidak akan mungkin orang yang tidak berreferensi terhadap suatu pekerjaan dapat menyelesaika pekerjaan tersebut dengan baik.[23]

  1. Pengertian Referensi

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan Referensi adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah dan keinginan. Referensi adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Referensi pada dasarnya adalah penerimaan pada suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut maka akan menyebabkan semakin besarnya Referensi.[24]

Referensi menurut kotler merupakan kesukaan (kecenderungan) kepada sesuatu, juga dapat di artikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu produk, barang atau jasa.[25]

Referensi dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimuli yang mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan, atau sesuatu yang dapat member pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain Referensi dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan itu. Tujuan berpikir kita dipengaruhi oleh Referensi kita sendiri yang mempunyai hubungan pula dengan situasi dimana kita berada.[26]

Suatu Referensi dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Dapat pula di manifistasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Referensi tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Ada beberapa tahapan Referensi yaitu:

  1. Informasi yang jelas sebelum menabuang
  2. Pertimbangan yang matang sebelum menabung
  3. Keputusan menabung

Demikian maka dapat dikatakan bahwa Referensi adalah dorongan yang kuat dari seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.

  1. Penentuan Referensi

Menurut Khasanah mengemukakan ada tiga faktor utama yang membentuk Referensi, yaitu:[27]

  1. Faktor dorongan dari dalam, artinya Referensi yang erat hubungannya pada kebutuhan-kebutuhan yang muncul dari dalam individu, merupakan faktor yang berhubungan dengan dorongan fisik, motif, mempertahankan diri dari rasa lapar, rasa takut rasa sakit, juga dorongan ingin tahu membangkitkan Referensi untuk mengadakan penelitian dan sebagainya.
  2. Faktor motif sosial, artinya Referensi yang erat hubungannya pada penyesuaian diri dengan lingkungan agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya atau aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sosial, seperti bekerja, medapatkan status, mendapatkan perhatian dan penghargaan.
  3. Faktor emosional atau perasaan, artinya Referensi yang erat hubungannya dengan perasan atau emosi, keberhasilan dalam beraktivitas yang didorong oleh Referensi akan membawa rasa senang dan memperkuat Referensi yang sudah ada, sebaliknya kegagalan akan mengurangi Referensi individu tersebut.

Terkait dengan masalah menabung menyebutkan tentang faktor persepsi yang mempengaruhi Referensi menabung yaitu:[28]

  • Kebudayaan, kebiasaan yang ditanamkan oleh lingkungan sekitar, misalnya guru yang mengarahkan anak didiknya untuk belajar rajin menabung.
  • Keluarga, seperti orangtua yang rajin menabung secara tidak langsung akan menjadi contoh bagi anak-anaknya.
  • Sikap dan kepercayaan, misalnya seseorang akan merasa lebih aman dalam mempersiapkan masa depannya jika ia memiliki perencanaan yang matang, termasuk dari segi finansialnya.
  • Motivasi yaitu rencana mengenai kebutuhan dimasa mendatang dapat mendorong seseorang untuk menabung.

Pada prinsipnya perilaku pembelian atau Referensi menabung nasabah sering kali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun dari lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri sesuai dengan karakteristik pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan menabung.[29]

  1. Indikator Referensi menabung

Dalam penelitian ini indicator Referensi menabung didasarkan apda teori menurut Kotler dalam Jackson mengenai keputusan terhadap pilihan, yaitu:[30]

  1. Kemantapan pada suatu produk

Dalam melakukan suatu pembelian, pembeli atau konsumen selalu condong untuk memilih salah satu barang dari beberapa alternatif yang ada. Semisal pada Budaya, mutu, kemudian harga yang sesuai dengan kualitasnya, serta faktor-faktor lain yang dapat memicu kemantapan atau keinginan nasabah untuk menggunakan suatu produk perbankan, apakah produk tersebut benar-benar dibutuhkan.

  1. Kebiasaan dalam memutuskan produk

Kebiasaan nasabah pada saat membeli produk juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Karena nasabah merasa bahwa produk tersebut sudah terlalu melekat di benak mereka dan meraka tidak nyaman jika mencoba produk lain (baru), sebab mereka tidak ingin jika harus menyesuaikan diri lagi.

  1. Memberikan rekomendasi kepada orang lain

Dalam menentukan sebuah keputusan, sering kali nasabah mendapat manfaat yang sesuai dengan produk tersebut. Mereka pasti akan merekomendasikan produk tersebut kepada orang lain maupun lingkungannya, mereka ingin jika orang lain bisa merasakan manfaat seperti dirinya bahwa produk yang mereka gunakan sangat baik, bagus serta lebih baik dari produk lain.

  1. Melakukan pembelian ulang

Kepuasan nasabah dalam menggunakan sebuah produk  bisa saja menyebabkan nasabah tersebut melakukan pembelian ulang produk tersebut, sebab meraka merasa bahwa produk yang mereka gunakan sudah cocok dan sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

 

  1. Bank Syariah

Jenis produk tabungan di bank syariah mirip dengan bank konvensional, yaitu giro, tabungan, dan deposito, namun dalam bank syariah terdapat perbedaan-perbedaan yang prinsipil seperti yang dijelaskan berikut ini:[31]

  1. Giro

Umumnya, bank syariah menggunakan akad al-wadi’ah pada rekening giro. Nasabah yang membuka rekening giro berarti melakukan akad wadiah “titipan”. Dalam fiqih muamalah, wadiah dibagi menjadi dua macam: wadiah yad al-amanah dan wadiah yad ad-dhamanah. Akad wadiah yad al-amanah adalah akad titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan (dalam hal ini bank) tidak wajib mengganti jika terjadi kerusakan. Biasanya, akad ini diterapkan bank pada titipan murni, seperti safe deposit box. Dalam hal ini, bank hanya bertanggung jawab atas kondisi barang (uang) yang dititipkan.

Adapun wadiah yad adh-dhamah adalah titipan yang dilakukan dengan kondisi penerima titipan bertanggung jawab atas nilai (bukan fisik) dari uang yang dititipkan. Bank syariah menggunakan akad wadiah yad adh-dhamah untuk rekening giro.

  1. Tabungan

Bank syariah menerapkan dua akad dalam tabungan, yaitu wadi’ah dan mudharabah. Tabungan yang menerangkan akad wadi’ah mengikuti prinsip-prinsip wadia’ah yad adh-dhamah seperti yang dijelaskan di atas. Artinya tabungan ini tidak mendapatkan keuntungan karena ia titipan dan dapat diambil sewaktu-waktu dengan menggunakan buku tabungan atau media lain seperti kartun ATM. Tabungan berdasarkan akad wadi’ah ini tidak mendapatkan keuntungan dari bank karena sifatnya titipan. Akan tetapi, bank tidak dilarang jika ingin memberikan semacam bonus/hadiah.

Tabungan yang menerapkan akad mudharabah mengikuti prinsip-prinsip akad mudharabah. Di antaranya sebagai berikut. Pertama, keuntungan dari dana yang digunakan harus dibagi antara shahibul maal (dalam hal ini nasabah) dan mudharib (dalam hal ini bank). Kedua, adanya tenggang waktu antara dana yang diberikan dan pembagian keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana itu diperlukan waktu yang cukup.

  1. Deposito

Bank syariah menerapkan akad mudharabah untuk deposito. Seperti dalam tabungan, dalam hal ini nasabah (deposan) bertindak sebagai shahibul maal dan bank selaku mudharib. Penerapan mudharabah terdapat deposito dikarenakan kesesuaian yag terdapat diantara keduanya. Misalnya, seperti yang dikemukakan di atas bahwa akad mudarabah mensyaratkan adanya tenggang waktu antara penyetor dan penarikan agar dana itu bisa diputarkan. Tenggang waktu ini merupakan salah satu sifat deposito, bahkan dalam deposito terdapat pengaturan waktu, seperti 30 hari, 90 hari, dan seterusnya.

 

 

 

  1. Hubungan antar Variabel

Penellitian ini menggunakan faktor pengetahuan, budaya, dan kelompok acuan sebagai varaibel bebas terhadap faktor referensi menabung sebagai variabel terikut. Maka sebagaimana antara variabel dalam penelitian ini, terdapat beberapa hubungan yang dapat diketahui.

  1. Hubungan pengetahuan terhadap referensi menabung mahasiswa.

Pengetahun menjadi faktor penting yang dapat menjadi referensi dasar bagi seseorang untuk memilih atau menabung. Dengan pengetahuan seseorang akan melakukan identifikasi dasar untuk mengetahui mengenai produk apa saja yang hendak digunakan tersebut.

Hubungan antara pengetahuan terhadap referensi menabung mahasiswa sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Dewi, berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan menunjukan bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap minat menabung masyarakat.[32]  Kemudian penelitian Ilma Hasil penelitian ini menunjukan bahwa seluruh variable X atau didalamnya terdapat variabel pengetahun berpengaruh positif dan signifikan bersama-sama terhadap minat menabung mahasiswa IAIN Tulungagung di Bank Syariah.[33]

  1. Hubungan budaya terhadap referensi menabung mahasiswa.

Budaya menjadi salah satu faktor yang dapat bersumber dari lingkungan atau kondisi lingkungan yang dapat menjadi pemicu seseorang untuk terpengaruh. Budaya juga dapat memeberikan pengaruh dengan kuat terhadap seseorang baru yang kemudian tergabung dalam sebuah kelompok tersebut. Bahkan budaya juga dapat menjadi sebuah hal yang harus dilaksanakan bagi seseorang yang berdiam dalam sebuah lingkungan yang fanatik.

Hubungan antara budaya terhadap referensi menabung sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan Maghfiroh, Hasil penelitian ini menunjukkan lingkungan sosial terdapat pengaruh terhadap minat menabung di bank syariah dengan nilai signifikan sebesar 0,001($) religiusitas, pendapatan, dan lingkungan sosial secara bersamaan memiliki pengaruh terhadap minat menabung di bank syaraiah dengan signifikan sebesar 0,001.[34]

  1. Hubungan kelompok acuan terhadap referensi menabung.

Kelompok acuan juga menjadi faktor lain yang dapat memberikan efek mempengaruhi seseorang. Kelompok acuan akan cenderung menjadi contoh seseorang untuk memilih atau melakukan sebuah tindakan. Dengan kelompok acuan bahkan seseorang dengan tingkat fanatisme yang tinggi maka dapat meniru segala apa yang dilakukan oleh kelompok acuan tersebut.

Hubungan antara kelompok acuan terhadap referensi mahasiwa menabung sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan Halmawati. Hasil pengujian budaya nilai koefisien yang dihasilkan sebesar 0,269 nilai ini menunjukan bahwa setiap penambahan satu satuan dari bagi hasil, maka akan meningkatkan minat menjadi nasabah bank syariah sebesar 0,269. Nilai t hitung sebesar 4,649 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,00 < 0,05. Yang artinya kelompok acuan memiliki pengaruh terhadap minat menjadi nasabah bank syariah.[35]

 

  1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dalam sebuah penelitian memiliki arti penting, yaitu guna memperoleh batasan serta arah tujuan penelitian yang terbaru dari hasil penelitian yang telah diperoleh pada penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelusuran peneliti, mengenai penelitian yang dulu ada, peneliti tidak menemukan judul yang sama seperti yang dijadikan riset oleh peneliti. Namun, peneliti menemukan penelitian terdahulu dengan judul yang masih terkait dengan penelitian ini, yakni:

Sri Wahyuni, Pengaruh persepsi kualitas pelayanan dan bagi hasil terhadap Referensi menjadi nasabah Bank Syariah. Jurnal: Medan. Metode yang digunakan adalah kuantitatif. Populasi adalah masyarakat di wilayah kerja Bank Syariah. Mandiri KCP Medan Simpang Limun se4banyak 242 kepala keluarga dan sampel diperoleh 97 responden. Teknik analisa data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian diperoleh: ada pengaruh kualitas pelayanan (0,000), bagi hasil (p=0,016) terhadap Referensi menjadi nasabah Bank Syariah, ada pengaruh kualitas pelayanan dan bagi hasil terhadap Referensi menjadi nasabah Bank Syariah (p=0,000). Semakin baik kualitas pelayanan Bank Syariah dan produk yang diberikan bisa dipahami m asyarakat dapat menimbulkan Referensi pada diri seseorng menjadi nasabah Bank Syariah.[36]

Sayyidatul Maghfiroh, pengaruh religiusitas, pendapatan, dan lingkungan sosial terhadap Referensi menabung di Bank Syariah pada santri pesantren mahasiswi darush shalihat. Jurnal: Yogjakarta, metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif . populasi dalam penelitian ini adalah 75 santri Pesantren Mahasiswi Darush Shalihat. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Uji prasyarat analisis yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji lineritas, dan uji multikolinieritas. Uji hipotesis menggunakan analisis regresi ganda. Hasil penelitian ini adalah (1) religiusitas tidak memiliki pengaruh terhadap Referensi menabung di bank syariah dengan nilai signifikan sebesar 0,392>  0,05(2) pendapatan memiliki pengaruh terhadap Referensi menabung di bank syariah dengan nilai signifikan sebesar 0,056> 0,05(3) lingkungan sosial terdapat pengaruh terhadap Referensi menabung di bank syariah dengan nilai signifikan sebesar 0,001($) religiusitas, pendapatan, dan lingkungan sosial secara bersamaan memiliki pengaruh terhadap Referensi menabung di bank syaraiah dengan signifikan sebesar 0,001. Koefisien Determinasi memiliki nilai sebesar 0,245.[37]

Suprihati, Pengaruh Religiusitas, Budaya, Pengetahuan Terhadap Minat Masyarakat Menabung di Koperasi Syariah, Jurnal, Metode pengumpulan data melalui observasi langsung dengan menyebarkan kuesioner, wawancara dengan masyarakat yang menabung di Koperasi Syariah Bina Insan Mandiri sebagai populasi dan sampelnya. Penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil penelitian ini menemukan bahwa religiusitas tidak berpengaruh signifikan terhadap minat masyarakat untuk menabung di koperasi syariah, budaya berpengaruh signifikan terhadap minat masyarakat untuk menabung di koperasi syariah. pengetahuan tidak berpengaruh signifikan terhadap minat masyarakat untuk menabung di koperasi syariah. Secara simultan terdapat pengaruh antara religiusitas, budaya dan pengetahuan terhadap minat minat masyarakat untuk menabung di koperasi syariah.[38]

Fadhilatul Hasanah, Pengaruh Tingkat Religiusitas, Pengetahuan, Kualitas Produk Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Referensi Menabung Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang Pada Bank Syariah, Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan teknik analisis regresi linier berganda. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa UMP dengan jumlah sampel 99 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial nilai thitung>ttabel (9,602>1,985) dan nilai sig t < 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga tingkat religiusitas berpengaruh terhadap referensi menabung mahasiswa UMP pada bank syariah yaitu berupa kepatuhan agama karena bagi mahasiswa menggunakan bank syariah berkaitan dengan masalah keimanan dan keyakinan terhadap pengharaman riba bagi umat Islam namun secara parsial tidak ada pengaruh pengetahuan, kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap referensi menabung mahasiswa UMP pada Bank Syariah, sedangkan secara simultan menunjukkan nilai Fhitung> Ftabel ( 24,471>2,470) dan nilai sig F < 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga tingkat religiusitas, pengetahuan, kualitas produk dan kualitas pelayan berpengaruh terhadap referensi menabung mahasiswa UMP pada Bank Syariah.[39]

Gicella fanny andriani dan halmawati, pengaruh bagi hasil, kelompok acuan, kepercayaan dan budaya terhadap minat menjadi nasabah bank syariah, penelitian  ini  merupakan  penelitian  dengan  menggunakan  metode  kuantitatif, data  pada  penelitian  ini  peneliti  menggunakan  dua  cara  yaitu  penelitian lapangan (field  research)sebagai  data  primer  dan  penelitian  kepustakaan (library  research) sebagai   data   sekunder, berdasarkan  hasil  pengolahan  dan  analisis  data  yang  telah  peneliti  lakukan  sebelumnya,  maka dapat ditarik kesimpulan : 1)bagi hasil tidak berpengaruh positif terhadap minat menjadi nasabah bank syariah. 2)kelompok acuan tidak berpengaruh positif terhadap minat menjadi nasabah bank syariah. 3)kepercayaan berpengaruh positif terhadap minat menjadi nasabah bank syariah. 4)budaya berpengaruh positif terhadap minat menjadi nasabah bank syariah.[40]

Tabel 2.1

Perbandingan Penelitian Terdahulu

 

No

 

Judul Persamaan Perbedaan
1 Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan Dan Bagi Hasil Terhadap Referensi Masyarakat Menjadi Nasabah Bank Syariah Kajian membahas mengenai Referensi menabung di bank syariah Kajian penelitian terdahulu dilaksanakan pada kalangan masyarakat umum

 

Variabel bebas yang berbeda

2 Pengaruh Religiusitas, Pendapatan, Dan Lingkungan Sosial Terhadap Referensi Menabung Di Bank Syariah Pada Santri Pesantren Mahasiswi Darush Shalihat Kajian membahas mengenai Referensi menabung di bank syariah Kajian dilaksanakan pada santri

 

Variabel bebas yang menjadi kajian berbeda

3 Pengaruh Religiusitas, Budaya, Pengetahuan Terhadap Minat Masyarakat Menabung Di Koperasi Syariah Kajian membahas mengenai budaya, pengetahuan dan minat menabung Kajian pada religiunitas dan lokasi di korepasi Syariah
4 Pengaruh Tingkat Religiusitas, Pengetahuan, Kualitas Produk Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Referensi Menabung Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang Pada Bank Syariah Kajian membahas mengenai pengetahuan dan referensi menabung Kajian pada tingkat religiusias, kualitas produk, dam kualitas pelayanan

 

Lokasi penelitian di Universitas Muhammadiyah Palembang Pada Bank Syariah

5 Pengaruh Bagi Hasil, Kelompok Acuan, Kepercayaan Dan

Budaya Terhadap Minat Menjadi Nasabah Bank Syariah

Kajian mengenai kelompk acuan dan budaya Kajian pada bagi hasil dan kepercayaan

 

 

[1] Danang Sunyoto, Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran (Konsep, Strategi, dan Kasus). (Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publising Service), 2012), Hal. 53.

[2] Engel F, Blackwell D dan Miniard W., Perilaku Konsumen. (Tangerang: Binarupa Aksara Publisher), 2011), Hal. 52.

[3] Sangadji dan Sopiah. Perilaku Konsumen; Pendekatan Praktis, Disertai:  Himpunan Jurnal Penelitian, Hal. 121

[4] Ibid.

[5] Sari Feny Andar, dan Marabona Munthe. “Pengaruh Faktor Pribadi, Psikologi Dan Sosial Terhadap Keputusan Pembelian Rumah (Survey Pada Nasabah Ppr Bank Syariah Mandiri Kota Pekanbaru).” MAPAN: Jurnal Manajemen, Akutansi, Ekonomi, Perbankan 1.1 (2020), Hal. 13-26.

[6] Peter and Olson, Perilaku Konsumen dan Marketing Strategy, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), Hal. 52.

[7] Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), Hal. 148.

[8]Feny Putriana Dewi, Pengaruh Pengetahuan, Persepsi Produk dan Pendapatan Terhadap Minat Masyarakat Menabung di Bank Syariah Kota Salatiga Dengan Religiusitas Sebagai Variabel Moderating, Skripsi: IAIN SALATIGA, 2019, Hal. 20.

[9]Sunardi, Ana Maftukhah, pengetahuan konsumen dan keputusan menjadi nasabah, jurnal islaminomic, 2015 Vol. 6, No. 2, Hal. 39 -40.

[10]Rahma Bellani Oktavindra Iranati, pengaruh religiusitas, kepercayaan, pengetahuan, dan lokasi terhadap minat masyarakat menabung di bank syariah, skripsi: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, 2017, Hal. 21.

[11] Ibid.

[12]Ida Liza, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Dalam Memilih Produk Pembiayaan Musyarakah, Skripsi: UIN RADEN INTAN LAMPUNG, 2017, Hal. 19.

[13] Tirtana Gunawan Bayu. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Keluarga Serta Pengetahuan Produk Perbankan Syariah Terhadap Minat Menabung Di Bank Syariah Pada Perangkat Desa Di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Disertasi, Universitas Ahmad Dahlan, 2020.

[14] Ibid.,

[15]Roni Andespa, Pengaruh Budaya Dan Keluarga Terhadap Minat Menabung nasabah Di Bank Syariah, Jur(b) kelas sosial.

nal Kajian Ekonomi Islam, 2017, Vol. 2, No. 1, Hal. 39-40.

[16] Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 278.

[17] Sunardi, Ana Maftukhah, Pengetahuan Konsumen Dan Keputusan………….. Hal. 39.

[18] Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen:Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. (Bogor: Ghalia Indonesia,2014).hal.147.

[19] ibid., hal.150

[20] Morissan, periklanan komunikasi pemasaran terpadu, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), Hal131

[21] Donni Juni Priansa, Perilaku Konsumen Dalam Persaingan Bisnis Kontemporer, (Bandung:Alfabeta,2017), hal.164.

[22] Muhamad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik ,(Jakarta: Gema Insani, 2001), hal. 153.

[23] Djali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 121.

[24] Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 182.

[25] Philip Kotler, Manajemen pemasaran, prehalindo:jakarta, 2000, hal.45

[26] Crow, Lester D & Crow Alice,  Psikologi Pendidikan, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984), hal. 15.

[27] Ibid., hal.76.

[28] Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.89.

[29] Veithzal Rivai, Bank and Financial Institution Management. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 89.

[30] Jackson R.S Weenas, Kualitas Produk, Harga, Promosi, dan Kualitas Pelayanan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Spring Bed Comforta, (Jurnal EMBA Vol. 1 No. 4 Desember 2013), hal. 61.

[31] Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 297.

[32] Feny Putriana Dewi, Pengaruh Pengetahuan, Persepsi Produk dan Pendapatan Terhadap M inat Masyarakat Menabung Di Bank Syariah Kota salatiga Dengan Religiusitas sebagai Variabel Moderating, Skripsi: IAIN Salatiga, 2019.

[33] Ilma Nurul Fitriyah, Pengaruh Persepsi, Lokasi, Promosi dan Pengetahuan Produk Terhadap Minat Menabung Mahasiswa di Bank Syariah, Skripsi: IAIN Tulungagung, 2020.

[34] Sayyidatul Maghfiroh, Pengaruh Religiusitas, Pendapatan, dan Lingkungan Sosial Terhadap Minat Menabung di Bank Syariah Pada Santri Pesantren Mahasiswi Darush Shalihat, Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, 2018, Vol 7, No. 3.

[35] Gicella Halmawati, Pengaruh bagi hasil, Kelompok Acuan, Kepercayaan dan Budaya Terhadap Minat Menjadi Nasabah Bank Syariah, Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 2019, Vol. 1, No. 3.

[36] Sri Wahyuni, Pengaruh Persepsi, Kualitas Pelayanan Dan Bagi Hasil Terhadap Minat Masyarakat Menjadi Nasabah Bank Syariah, Jurnal At-Tawassuth, 2017, Vol. 2, No. 2.

[37] Sayyidatul Maghfiroh, Pengaruh Religiusitas, Pendapatan, dan Lingkungan Sosial Terhadap Minat Menabung di Bank Syariah Pada Santri Pesantren Mahasiswi Darush Shalihat, Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, 2018, Vol 7, No. 3.

[38] Mulyaningtyas, Indah Fajarwati, Yoyok Soesatyo, and Norida Canda Sakti. “Pengaruh Pengetahuan Tentang Bank Syariah Dan Literasi Keuangan Terhadap Minat Menabung Siswa Pada Bank Syariah Di Kelas Xi Ips Man 2 Kota Malang.” Jurnal Ekonomi Pendidikan Dan Kewirausahaan 8.1 (2020): 53-66.

[39] Hasanah, Fadhilatul. “Pengaruh Tingkat Religiusitas, Pengetahuan, Kualitas Produk Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Referensi Menabung Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palembang Pada Bank Syariah.” Balance: Jurnal Akuntansi Dan Bisnis 4.1 (2019): 485-495.

[40] Andriani, Gicella Fanny, and Halmawati Halmawati. “Pengaruh Bagi Hasil, Kelompok Acuan, Kepercayaan Dan Budaya Terhadap Minat Menjadi Nasabah Bank Syariah.” JURNAL EKSPLORASI AKUNTANSI (JEA) 1.3 (2019): 1322-1336.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *