Paper Editor – Tingkat pendidikan dapat menjadi salah satu indikator dalam mengukur kondisi sebuah negara, maju atau berkembang. Pendidikan merupakan salah satu hal penting, meskipun dengan pendidikan tidak menjamin kesuksesan seseorang.
Jauh lebih penting dari persoalan harta, tahta dan kedudukan, pendidikan dapat membentuk konsep diri humanistik. Disadari atau tidak dalam bermasyarakat diperlukan kesadaran diri atau self-awareness, yang menjadikan seseorang lebih memahami posisinya di lingkungan masyarakat.
Berdasarkan artikel yang berjudul “Self-awareness, Perspective-taking, and Egocentrism” yang ditulis oleh Scaffidi Abbate et al. tahun 2016, “kesadaran diri akan mempengaruhi cara pandang seseorang dan terhindar dari sifat egosentris. Egosentris sendiri merupakan ketidakmampuan untuk melihat sudut pandang orang lain dalam melihat suatu masalah dan mementingkan perspektif dirinya sendiri. Kesadaran diri mengarah pada peningkatan pertimbangan sudut pandang orang lain. Dengan adanya kesadaran dalam diri seorang individu maka sifat egosentris tersebut akan berkurang atau bahkan hilang.
Faktanya, tingkat egosentris masyarakat Indonesia masih sangat tinggi meskipun pada setiap daerah memiliki perbedaannya. Namun, sikap egois masih bisa dilihat dengan mudah di berbagai tempat, mulai dari cara antre seseorang, berkendara, bersosialisasi, bersosial media, berpendapat dan banyak lainnya.
Pemahaman sederhana mengenai uraian tersebut yaitu pendidikan diperlukan untuk membangun sebuah masyarakat yang lebih maju. Arti penting sebuah pendidikan bukan persoalan sukses atau tidak sukses, namun untuk membangun masyarakat yang sadar diri.
Tolak ukur tentang pendidikan sesuai data Badan Pusat Statistik menunjukkan usia produktif 15-44 tahun pada tahun 2022, rata-rata diseluruh Provinsi di Indonesia memiliki nilai buta huruf di bawah 1%, kecuali Papua yang masih memiliki nilai 15-20%.
Badan Pusat Statistik mengelompokkan klasifikasi menjadi 3 kelompok, di bawah 14 tahun, 15-44 tahun, dan diatas 45 tahun. Sednagkan diatas 45 tahun memiliki persentase yang cukup tinggi berkisar antara 1-15% dan tidak merata.
Dengan nilai tersebut maka persoalan buta huruf masih menjadi persoalan yang cukup serius, karena masyarakat yang bekerja tentunya berusia 15-44 tahun dan diatas 45 tahun. Data lengkapnya dapat mengakses di https://www.bps.go.id/indicator/28/102/1/persentase-penduduk-buta-huruf.html.
Artinya dalam membangun konsep masyarakat yang sadar diri, selayaknya semua pihak harus terus saling mengingatkan dan saling intropeksi diri. Selain itu, data tersebut menjelaskan tingkat pendidikan bagi masyarakat Indonesia yang aktif bekerja masih berada di kisaran yang sangat rendah.
0 Comments