Papereditor.com – Menempuh pendidikan di perguruan tinggi seharusnya menjadi perjalanan menuju kedewasaan dan kemandirian. Namun, tidak sedikit mahasiswa yang akhirnya tersesat di tengah jalan karena kurangnya kesadaran dan perencanaan sejak awal. Salah satu penyebab utama adalah menunda-nunda hingga semester akhir—baru sibuk mencari dosen pembimbing, mengurus proposal, atau menulis skripsi saat waktu sudah mepet.

Padahal, mahasiswa yang mempersiapkan diri sejak awal justru bisa lebih santai menghadapi akhir masa studi tanpa tekanan berlebih.

Kesalahan lain yang sering terjadi adalah tidak proaktif berkomunikasi dengan dosen pembimbing atau pengajar. Banyak mahasiswa yang menunggu ditegur atau dipanggil, padahal dosen tidak mungkin mengawasi satu per satu.

Baca Juga: Tips Menyusun Judul Skripsi dan Jurnal yang Gampang Diterima Dosbing hingga Penguji

Sikap pasif seperti ini membuat proses bimbingan terhambat, bahkan bisa membuat mahasiswa kehilangan momentum dan semangat. Bersikap terbuka, sopan, dan aktif justru menunjukkan kedewasaan akademik yang akan dihargai dosen.

Selain itu, ada pula mahasiswa yang terlalu cuek dengan teman sejawat. Mereka menutup diri dari diskusi, enggan bekerja sama, bahkan menganggap teman lain sebagai saingan. Padahal, dalam dunia perkuliahan, jaringan sosial dan dukungan antar-teman sangat penting. Banyak mahasiswa berhasil lulus karena saling bantu, berbagi sumber, atau sekadar saling menyemangati saat menghadapi masa-masa sulit.

Dan yang tak kalah fatal, adalah tidak peduli pada masa depan dan terlalu larut dalam urusan asmara alias “bucin.” Hubungan cinta yang sehat seharusnya menjadi motivasi, bukan penghalang. Ketika fokus akademik tergeser oleh drama percintaan, kuliah bisa terbengkalai tanpa terasa. Mahasiswa perlu menyadari bahwa cinta sejati justru tumbuh bersama kesuksesan, bukan dengan mengorbankan masa depan.

Tabel Ringkasan: Lima Penyebab Mahasiswa Tidak Lulus Tepat Waktu